Rabu, 11 Maret 2015

PANTAI TANJUNG LAYAR - Banten, Jawa Barat Indonesia


   Tanjung Layar adalah sebuah tanjung di kecamatan Bayah, Lebak, Provinsi Banten. Di masa Hindia Belanda, tanjung ini namanya Java's Eerste Punt atau "ujung pertama pulau Jawa", maksudnya bila orang berlayar datang dari barat.Dulu kawasan sekitarnya adalah perkebunan kelapa Sawarna, yang didirikan pada masaHindia Belanda, kemudian setelah Indonesia merdeka, dikelola oleh Perhutani setempat. Kemudian pemerintah daerah mengambil alih kawasan ini sebagai kawasan wisata.
   Di samping pantai, daerah yang dikenal sebagai "daerah seribu gua" ini memang memiliki ribuan gua yang terbentuk karena batuan kapur di pegunungan yang membentang dariPelabuhanratu sampai Bayah dan Malingping.Dekat Tanjung Layar terdapat pantai Ciantir, di mana terdapat bongkahan karang yang berdiri menjulang dengan tegak berbentuk layar, yang menyebabkan nama yang diberi kepada tempat ini. Bongkahan karang ini dikelilingi gugus karang yang melindungi kawasan yang menjulang ini dari hempasan ombak.
   Pantai Ciantir adalah tempat peselancar yang umumnya datang dari luar negeri. Mereka biasanya datang di musim ombak besar.Di sekeliling kolam laut alam ini terdapat berbagai jenis hewan laut yang biasa menghuni karang. Juga terdapat ganggang hijau di sebagian kawasan ini ada banyak turis yang berkunjung ke situs wisata ini.
   Tanjung layar memang maskot desa wisata Sawarna, Banten. Tak kalah jika dibandingkan dengan Phi Phi Island di Thailand yang dikenal dengan James Bond Island. Meskipun tak bisa snorkeling, namun keindahan susunan karang sudah cukup memuaskan dahaga menikmati keagungan sang pencipta.Menurut guide lokal, kunjungan wisatawan lokal meningkat saat weekend. Bahkan pada tahun baru 2013, kunjungan wisatawan melonjak berkali lipat. Berbeda jauh saat tahun baru 2014. Maka tak heran jika banyak penduduk setempat yang mengalihfungsikan rumah mereka menjadi penginapan bagi para turis lokal. Tak terlalu sulit untuk mencari penginapan di Sawarna. Dengan kapasitas lebih dari 500 orang saya cukup yakin membawa 109 orang bersama untuk menikmati keindahan alam Desa Wisata Sawarna.Dengan rate penginapan antara 160 ribu rupiah/pax (include makan 4 kali) setiap turis lokal sudah dijamin bisa tidur tenang dan menikmati beberapa tempat wisata selain tanjung layar seperti goa lalay, pantai ciantir, dan keindahan teluk beserta jejeran karang Lagon Pari. Udara di Sawarna tidak terlalu panas seperti di Pulau Pari Kepulauan Seribu. Fasilitas air bersih pun jauh dari memadai. Airnya benar-benar tawar dan tidak payau seperti khas pesisir pantai. Maka tak rugi jika memilih honestay tanpa pendingin udara sekalipun. Karena homestay bukan tempat menarik untuk berlama-lama menghabiskan waktu liburan atau studiwisata.Konon, menurut beberapa cerita bahwa Keindahan alam desa Sawarna baru dikenalkan oleh beberapa mahasiswa yang melakukan penelitian pada tahun 2007. Berkat kemajuan teknologi maka tersebarlah keindahan alam yang tersembunyi dari desa penghasil gula kepala pada zaman dahulu kala. 


Dua karang yang mirip dengan layar perahu berpasangan, sehingga klop sudah dinamai dengan karang tanjung layar hingga saat ini.Dalam perjalanan menuju desa Sawarna terhampar luas sawah dan perkebunan sawit. Sayang, sekarang sulit mendapati pengrajin gula kelapa yang sejak sebelum kemerdekaan dikenal sebagai desa sentra penghasil gula kelapa. Seorang Belanda pada tahun tigapuluhan sebelum Indonesia merdeka dikabarkan yang pertama kalinya membuka perkebunan kelapa di desa Sawarna. Yang tersisa hanya beberapa orang dari pelosok desa yang menjual hasil produksi gula aren dan menitipkannya di warung-warung di Sawarna. Selain gula aren, saya pun membawa oleh-oleh sale pisang basah khas Sawarna.Geliat wisata yang memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakat Sawarna yang ramah dan bersahabat, baru terasa sejak dua tahun sebelumnya. Mata pencahariaan utama masyarakat selain menjadi nelayan, juga bertani dan bercocok tanam. Ada perkebunan jagung hingga kacang tanah yang di tanam di sepanjang pesisir pantai Sawarna hingga pantai Lagon Pari.  Landscape Sawarna boleh dibilang paling lengkap. Memiliki pantai, karang, sungai, sawah, kebun hingga gua yang lengkap dengan stalaktit dan stalakmit. Kelelawar yang mendiami gua seakan membuktikan bahwa keberadaannya masih alami dan terlindungi. Keindahan Sawarna akan terbayar lunas memang setelah menempuh delapan jam perjalanan darat. Tak ada alternatif jalan terbaik selain melewati jalur dan medan yang terjal dari Sukabumi atau berkora-kora melewati jalur Rangkasbitung hingga Malingping . Akhirnya hari pertama ditutup dengan manis sambil menyaksikan tenggelamnya sang mentari. Awan berlomba saling menutupi cahayanya hingga tersisa berkas-berkas sinar yang seolah menggambarkan bahwa seorang bidadari tengah turun menuju pantai Selatan yang melegenda dengan segala cerita didalamnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar